Monday, December 3, 2012

Orangtua Kaku Memicu Gangguan Pervasif pada Anak

Orangtua Kaku Memicu Gangguan Pervasif pada Anak
“Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga” kalimat ini seolah menggambarkan, apa yang ada pada orang tua melekat atau diwarisi pula oleh anaknya. Lalu bagaimana dengan kasus anak dengan gangguan perkembangan pervasif? Apakah pola kepribadian, perilaku, serta sikap orangtua berhubungan atau mempengaruhi perilaku anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasif?


“Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan Kanner dan Eissenberg, yang melakukan penelitian terhadap 55 kasus orang tua dari anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif. Serta 100 orang ayah dari anak yang menyandang Childhood Autism,” . Hasilnya, kepribadian, attitude, dan beberapa tingkah laku orang tua berhubungan dengan psikodinamika kepribadian dari anak Autis.

Karakter umum dari orang tua tersebut,  seperti sikap yang cenderung kaku, obsessive compulsive, kurang hangat bahkan bersikap seperti mesin pada anaknya. Uniknya, sebagian besar ayah mereka adalah para profesional sukses, bussinesman, scientis, dokter, profesor, artis, dan sebagainya.

Sang ibu biasanya berlatar belakang pendidikan cukup tinggi (universitas). Sebagian besar diantaranya aktif bekerja sebelum dan sesudah menikah. Beberapa ibu cenderung sensitif, sementara yang lainnya cenderung kaku. Dari sisi kecerdasan,  para orang tua pada umumnya memiliki intelegensia tinggi, suka membaca, menulis, musik, berfikir, dibandingkan berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

Dari 55 kasus orang tua dari anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif, hanya satu pasangan bercerai. Sementara 54 pasangan lainnya, menjalankan perkawinan dengan formal, kurang hangat, dan kurang komunikasi antara satu dengan yang lainnya.

“Dari 100 orang ayah dengan anak autis pada penelitian Eissenberg, 85 orang diantaranya memiliki aturan paternal role yang sangat kuat sehingga biasanya equal parenting tidak tercapai,”. Selain itu, mereka cenderung obsessive, pendiam, serta kurang humor. Dalam pekerjaan biasanya cukup terkenal, sangat perfectionist, dan memiliki kemampuan konsentrasi sangat kuat.

Beberapa ayah mengatakan, memiliki anak adalah norma atau sesuatu yang diharapkan dari perkawinan, bukan disebabkan oleh keinginan pribadi. Bagi para ayah tersebut, pekerjaan dan karir lebih penting daripada keluarga. Hanya 15 orang ayah, berdasarkan penelitian Eissenberg, yang merupakan ayah yang hangat dan cukup memberikan perhatian pada keluarganya.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons